Sudah 2 bulan dihadapkan dengan kondisi harus di rumah aja. Di rumah aja bikin mental agak gak karuan sebenernya karena kehidupan sehari-hari masih harus berkutat di luar rumah and have to read all the depressing news every single day, walaupun sebagai seorang introvert jujur bersyukur karena ga perlu ketemu banyak orang tiap hari. So it is 50-50. Masih fresh banget di ingatan waktu itu cari-cari vitamin c sama masker keliling apotek malang semua jawaban dari penjaganya sama: habis. Orang-orang juga makin doyan nonton serial sama drama korea kalo dilihat-lihat. Jadi makin jago masak dan lebih sering eksperimen di dapur mencoba menjadi Gordon Ramsay. Punya kesempatan banyak hal buat mencoba hal-hal baru ketika #dirumahaja adalah 1 dari beberapa hal positif yang ditawarkan di tengah pandemi. Gak pernah nyangka bakal nyelesein skripsi di tengah pandemi kayak gini. Mau mengeluh karena sulit bimbingan tapi sungkan. Mau mengeluh kok sungkan sama yang tiap hari masih harus kerja cari uang, sungkan sama tukang becak, abang bakso, supir supir yang kerjaannya banyak berkurang, jasa kurir, orang-orang yang berjualan, petugas supermarket, petugas kebersihan, guru les, perawat, dokter dan petugas medis yang lain. Sungkan sama yang di phk, sungkan sama orang-orang yang sudah berjuang duluan ngelawan penyakit ini...
Meanwhile di sisi lain, ada orang yang punya jabatan dan punya kewenang untuk mengatur negara dan daerah malah seenak jidat melonggarkan peraturan physical / social distancing demi kepentingan mereka sendiri, demi uang. Bahkan di awal-awal pandemi sempat-sempatnya denial dan meremehkan, akibatnya boom telat, penyakitnya dah terbit. Lama ambil tindakan merembetnya sampe ke belakang-belakang, aku pun sangat menyesali tindakan untuk menutup penerbangan dari China. By the way, ada beberapa hal yang jadi perhatianku di masa pandemi ini:
Sudah lama aku gak denger bapak-bapak nasi goreng keliling lewat depan rumah. Mungkin kembali pulang ke kampung halaman karena di perantauan tidak lagi menghasilkan. Kemarin sore bapak tukang bakso mengetuk ngetuk pukulan kayu dengan harapan. Suaranya terdengar hingga kami menjalankan terawih berjamaah di rumah. Mungkin terus mengetuk karena hingga matahari terbenam belum ada satu rupiah masuk ke kantung. Suara tukang kacang yang terdengar, sibuk menjajakan dagangannya, suaranya parau mungkin karena sudah tua dan harus terus menawarkan karena hingga kini kacangnya belum terbeli. Musik penjaja es krim campina terus mengalun sepanjang siang, bapak penjualnya sedang duduk di bangku taman dengan sepeda gowesnya bersandar di pohon pinggir jalan. Mungkin sudah lelah karena orang-orang tak sedikit pun mendekati es krimnya. Gak perlu mendengarkan lagu-lagu ballad untuk merasa sedih. Cukup dengarkan suara mereka, maka aku yakin hatimu akan teriris. Bukan bermaksud untuk menyuruh melihat ke bawah agar bersyukur, tapi lihatlah ke bawah agar kamu semakin ingin bekerja keras, semakin ingin membantu mereka dan semakin menyadari jika hidup di dunia ini menyedihkan karena selain harus meghadapi kesedihanmu, kamu harus melihat kesedihan yang lain.
Iya sedih banget sih ini pandemi ;__; semangat ya skripsinya!!
ReplyDeleteSemoga cepet kelar juga ini pandemi, aamiin.
Akkh kak meutia apa kabaar? aamiin aamiin. Aamiin paling seriuus :')
Deletesemangat ngeskripsi! memang ini masa-masa yang sulit :( kita harus sabar :(
ReplyDeletehttp://www.giftasblog.co.vu/
Semangaat juga ya Gifta. Iya harus disabar-sabariiin
DeleteWkwkwk makasiih...
Delete"yaa mo gimana lagi, jalani aja"
ReplyDelete/sambil nangis tiap liat skripsi/
Kenapa sih nama akunmu tyty
Deletei hope u will become better , i mean yeah it sucks stay at home . stay safe :)
ReplyDeleteThank you, stay safe, stay healthy x
Delete